Proses Pemilihan Paus: Siapa Saja yang Bisa Jadi Pemimpin Gereja Katolik?

Paus Fransiskus, pemilihan Paus, Gereja Katolik, Kardinal, Sede Vacante, konklaf, pallium, Cincin Nelayan, perdamaian dunia, kekosongan takhta
Rate this post

Paus Fransiskus meninggal dunia pada 21 April! Pada Senin pagi, 21 April 2025, Paus Fransiskus meninggal di usia 88 tahun, dan kabar ini langsung mengguncang umat Katolik di seluruh dunia. Kepergiannya menyisakan duka mendalam, karena beliau dikenal sebagai sosok pemimpin dengan hati yang besar dan sangat toleran terhadap perbedaan suku, ras, dan agama.

Beliau juga dikenal sebagai sosok yang cinta damai, bahkan pernah meminta Israel untuk segera gencatan senjata dengan Gaza. Paus Fransiskus selalu menaruh perhatian besar pada penderitaan manusia dan selalu menyerukan perdamaian, bukan hanya dalam kata-kata, tapi juga dalam tindakan nyata.

Read More

Syarat dan Proses Pemilihan Paus
Namun, setelah kepergian Paus, muncul pertanyaan: siapa yang akan menggantikannya? Ternyata, pemilihan Paus bukan cuma sekadar acara keagamaan, tapi juga proses panjang yang melibatkan hukum kanonik dan tradisi Gereja Katolik. Jadi, apa saja sih syarat-syarat untuk menjadi Paus?

BACA JUGA  Kenangan KWI atas Paus Fransiskus: Pemimpin yang Merakyat dan Penuh Kasih

Syarat Menjadi Paus

  1. Laki-laki
    Paus hanya bisa pria karena hanya pria yang bisa menerima tahbisan dalam Gereja Katolik.

  2. Sudah Dibaptis dalam Gereja Katolik
    Kandidat harus seorang Katolik yang sudah dibaptis.

  3. Idealnya Seorang Kardinal
    Walaupun secara teori Paus bisa dipilih dari siapa saja yang memenuhi dua syarat pertama, biasanya Paus dipilih dari kalangan Kardinal, yang merupakan pemimpin senior yang ditunjuk oleh Paus sebelumnya.

Tahapan Pemilihan Paus

  1. Sede Vacante
    Pemilihan Paus dimulai setelah posisi Paus kosong, entah karena wafat atau pengunduran diri, seperti yang dilakukan Paus Benediktus XVI.

  2. Pemanggilan Konklaf
    Dewan Kardinal memanggil semua Kardinal yang berhak memilih, umumnya mereka yang berusia di bawah 80 tahun, untuk berkumpul di Vatikan dalam waktu 20 hari setelah kekosongan takhta.

  3. Proses Konklaf di Kapel Sistina
    Selama konklaf, para Kardinal dikarantina dan memilih secara rahasia. Pemungutan suara dilakukan beberapa kali sehari, dan jika hasilnya belum memenuhi dua pertiga suara, mereka akan terus memilih sampai ada yang memenuhi syarat.

  4. Pengumuman dan Penerimaan
    Setelah terpilih, calon Paus akan ditanya apakah menerima pemilihan tersebut, dan jika menerima, ia memilih nama kepausannya.

  5. Habemus Papam
    Setelah pengumuman, Kardinal senior akan muncul di balkon Basilika Santo Petrus dan mengumumkan, “Habemus Papam!” (Kita punya Paus!). Paus baru kemudian memberikan berkat apostolik pertama kepada umat.

Pelantikan dan Tugas Awal
Paus yang terpilih menjalani Misa Pelantikan dalam waktu dekat, dan menerima simbol otoritas seperti pallium (selempang wol domba) dan Cincin Nelayan. Setelah pelantikan, Paus langsung menjalankan tugas besar sebagai pemimpin spiritual 1,3 miliar umat Katolik, termasuk menentukan arah doktrin Gereja, mengangkat uskup dan kardinal, serta memimpin misa besar seperti Natal dan Paskah.

Pemilihan Paus ini nggak hanya penting untuk Gereja Katolik, tapi juga untuk dunia secara keseluruhan karena pengaruh besar yang dimilikinya dalam hal spiritual, sosial, dan geopolitik.

Dapatkan Artikel Viral dengan Gabung di Google News Kami

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *