Beberapa waktu yang lalu, seorang warga korban banjir bandang di Kelurahan Waiwerang Kecamatan Adonara Timur, melalui akun facebook pribadinya. Martin Pareira menulis curahan persaannya selama lebih kurang 1 bulan berada di posko pengungsian di MAN 1. Tulisan itu bisa jadi juga mewakili seluruh warga korban yang saat ini sedang ditampung sementara di Posko MAN 1, menyusul rencana pemindahan mereka dari lokasi itu.
Kepada SuarNews.com Rabu (5/5) melalui aplikasi WhatsApp, di tengah-tengah kesibukannya dan keluarga mengemas barang-barang untuk pengosongan Posko MAN 1, karyawan sebuah perusahaan swasta itu menuturkan bahwa, tulisannya di akun facebook tersebut berawal dari kekhawatiran para pengungsi yang dipicu oleh adanya rencana pengosongan posko MAN 1 yang kabarnya akan digunakan untuk akitivitas belajar mengajar. “Kami tidak tahu mau dipindahkan kemana?” ujarnya lirih.
Martin lebih lanjut menjelaskan bahwa pasca aksi pendudukan Kantor Camat Adonara Timur pada 1 Mei 2021 lalu, para pengungsi di Posko MAN dijanjikan akan dipindahkan untuk menempati hunian sementara di pemukiman Purinara.
“Tanggal 1 Mei kemarin waktu kami turun melakukan aksi pendudukan di kantor camat. Kami dijanjikan untuk direlokasi sementara ke pemukiman Purinara pak. Tapi hal itu belum bisa terwujud karena beberapa rumah yang ada di pemukiman harus direnovasi,” paparnya seraya menambahkan bahwa janji tersebut setidaknya sedikit menguatkan hati para penghuni Posko MAN 1.
Tapi sejauh, tambahnya lagi, sejauh yang dilihatnya, mulai dari tanggal 1 Mei hingga saat ini belum ada aktivitas renovasi di lokasi Purinara. “Kemarin tanggal 4 Mei pemerintah di sini memanggil kami bersama perwakilan relawan untuk melakukan rakor dengan agenda bahwa kami akan dipindahkan sementara ke bekas gedung sekolah SMAN 1 yg ada di Riangbunga,” tambah Martin Pareira.
Untuk menghilangkan beban pemikirannya menyangkut rencana pemindahan para penghuni di Posko MAN 1 yang belum menemukan kepastian itu, Martin mengaku saat ini dia mulai beraktivitas seperti biasa sebagaimana pekerjaan yang dia tekuni selama ini sebelum bencana.
Walau begitu, dia meminta pemerintah untuk mempertimbangkan pula beberapa hal lain menyangkut keseharian dari para penghuni Posko MAN 1, yang menurutnya berasal dari berbagai latar belakang profesi.
“Tolong dipertimbangkan juga dengan yang bekerja di toko namun tidak punya kendaraan pribadi. Juga anak-anak sekolah dan para petani. Mereka semakin terbebani. Kalau saya sudah mulai bekerja kembali, tapi kasihan dengan mereka yang lain. Yang petani itu tidak tahu mereka harus memulai kembali dari mana?” ujar Martin seraya menambahkan bahwa komunikasinya dengan SuarNews.com agak terganggu lantaran sedang sebuk mengemas barang-barang untuk segera mengosongkan Posko.
Di penghujung perbincangan itu, Martin Pareira berharap semoga curahan perasaan ini masih ada pihak yang sudi mendengarkan dan selanjutnya mengambil jalan keluar yang nyata, demi kemanusiaan. (SuarNews/002)