Nouman Ali Khan, Ustadz asal Amerika Serikat yang sering banget jadi pembicara dakwah internasional, lahir pada 4 Mei 1978 di Berlin, Jerman. Beliau ini terkenal banget karena cara dakwahnya yang super beda dari yang lain, menggunakan sudut pandang linguistik dalam Al-Qur’an. Jadi, kalau kamu suka belajar tentang Al-Qur’an, pasti sering deh denger nama beliau. Oh iya, beliau juga CEO dari Bayyinah Institute yang fokus banget ngajarin bahasa Arab dan tafsir Al-Qur’an.
Nouman Ali Khan sendiri punya tujuh anak, empat cewek dan tiga cowok. Salah satu anak perempuannya yang bernama Husna sering ikut program Arabic With Husna yang dikhususkan untuk mengajarkan bahasa Arab. Anak laki-lakinya, Walid, juga pernah muncul di program Quran Weekly edisi Ramadhan 2013. Ayah beliau, seorang diplomat, jadi selama masa kecilnya, Nouman Ali Khan sering banget pindah-pindah negara. Pindah-pindahnya itu dari Jerman, Arab Saudi, sampai akhirnya menetap di Amerika Serikat.
Masa Kecil yang Biasa Aja
Nouman Ali Khan nggak langsung jadi seperti sekarang yang dikenal dengan ilmu Al-Qur’annya. Masa kecilnya dulu, sama aja kayak kebanyakan anak Muslim di keluarga Pakistan yang mungkin nggak terlalu serius dalam menjalankan agama. Bahkan, beliau nggak pernah belajar bahasa Arab atau tajwid secara serius. Waktu kecil, belajar Al-Qur’an ya cuma sebatas beberapa surah aja. Karena ayahnya yang diplomat, dia sempat tinggal di Jerman waktu kecil, terus pindah ke Arab Saudi waktu dia kelas dua sampai delapan. Waktu di Arab Saudi, dia sekolah di sekolah Pakistan yang pakai bahasa Urdu, yang akhirnya jadi bahasa ibu beliau.
Setelah itu, keluarga beliau pindah ke Amerika Serikat, dan Nouman Ali Khan masuk SMA di New York. Di sini, dia mulai merasa kayaknya agama Islam itu nggak penting-penting banget deh. Kebanyakan temennya non-Muslim yang jelas banget jauh dari ajaran Islam, jadi dia pun kebawa arus dan mulai nggak peduli dengan agama.
Perkenalan Lagi dengan Islam
Usia 19 tahun, Nouman Ali Khan merasakan perjalanan spiritual yang bisa dibilang agak ngehe. Di New York, dia mulai kembali ke Islam, tapi nggak seseru yang dia bayangin. Awalnya, banyak banget orang yang memberi pandangan tentang agama, mulai dari imam yang bilang belajar Al-Qur’an itu buat ulama aja, sampai yang bilang nggak usah ribet belajar Al-Qur’an karena itu bakal bingungin aja. Cukup ikut yang wajib-wajib aja dan belajar dzikir, selebihnya urusan ulama.
Beliau juga sempat ikut komunitas yang hobi debat agama dengan non-Muslim, dan juga bergabung dengan komunitas yang suka banget ngekritik sesama Muslim. Waktu itu, dia malah lebih fokus ke debat soal beda akidah, dan merasa jauh banget dari Allah. Semua hal yang dia lakuin rasanya cuma bikin perasaan jauh dari cinta Allah, nggak ngerasain bimbingan-Nya.
Jatuh Cinta pada Al-Qur’an
Perjalanan spiritual Nouman Ali Khan mulai berubah setelah ketemu dengan Dr. Abdus Samie, seorang ahli Qur’an yang ngajar bahasa Arab dan cara memahami Al-Qur’an dalam bahasa Urdu. Waktu itu, dia sebenarnya cuma penasaran aja, pengen tahu apakah ada yang salah dengan ajaran yang dia denger sebelumnya. Tapi, waktu pertama kali ikut program dari Dr. Abdus Samie, dia kaget banget karena materi yang dibahas bener-bener tentang firman Allah yang mendalam dan penuh makna. Di situlah, Nouman Ali Khan mulai jatuh cinta dengan Al-Qur’an, mulai lagi menghafal Al-Qur’an, dan akhirnya meninggalkan dunia perdebatan agama yang nggak ada habisnya.
Mendirikan Bayyinah
Pada usia 16 tahun, Nouman Ali Khan udah terbiasa kerja. Bahkan pas kuliah, dia kerja di bidang teknologi buat biayain kuliahnya. Setelah sempat bekerja di industri teknologi, dia terpaksa mengalami PHK pada tahun 2000, yang jadi titik balik besar buat dirinya. Dia mulai serius belajar bahasa Arab, dan nggak lama kemudian, minatnya buat mengajarkan Al-Qur’an ke orang-orang mulai tumbuh.
Tahun 2005, Nouman Ali Khan mulai ajarin bahasa Arab dari laptopnya di New York dan New Jersey, sambil ngerilis program “Tajwid and Reading Essentials” bareng Wisam Sharieff. Di tahun 2006, Bayyinah Institute resmi berdiri, walaupun dulu mulai dari yang sederhana banget, cuma dari mulut ke mulut dan pengajaran yang masih terbatas di sekitar New York.
Pada tahun 2007, Bayyinah berkembang lebih jauh setelah bertemu dengan Abdul Nasir Jangda yang bergabung untuk mengajarkan kelas pertama di Vermont. Akhirnya, di tahun 2009, Nouman Ali Khan memutuskan untuk pindah ke Dallas dan mulai mikirin untuk mendirikan kampus Bayyinah yang lebih besar. Setelah mencari lebih dari 100 lokasi, mereka akhirnya nemuin tempat yang pas di dekat bandara Dallas/Forth Worth dan masjid Irving. Kampus Bayyinah yang baru ini nggak main-main, luas banget, lebih dari 11.000 meter persegi!
Dari Perjalanan yang Penuh Rintangan Menuju Sukses
Perjalanan Nouman Ali Khan nggak selalu mulus. Banyak orang terdekatnya yang sempat skeptis tentang keputusannya untuk serius mengajarkan Al-Qur’an. Tapi berkat doa, usaha, dan tentunya bantuan dari teman-temannya, Bayyinah akhirnya berkembang pesat. Beliau nggak cuma ngajarin bahasa Arab, tapi juga menerjemahkan makna Al-Qur’an dalam cara yang mudah dimengerti oleh orang awam. Hingga akhirnya Bayyinah jadi salah satu lembaga pendidikan terbesar yang fokus ngajarin tafsir dan bahasa Arab dengan cara yang fun dan gampang dimengerti.
Itulah sedikit kisah perjalanan hidup Nouman Ali Khan yang penuh inspirasi. Dari seorang anak yang tumbuh dengan pengaruh pergaulan yang jauh dari agama, hingga akhirnya jadi salah satu ustadz yang sangat menginspirasi umat Muslim di seluruh dunia. Siapa sangka kan, perjalanan hidupnya yang penuh liku bisa jadi contoh nyata bahwa dengan niat yang kuat, kita bisa menemukan jalan kembali ke agama dan terus memperdalam ilmu.
Dapatkan Artikel Viral dengan Gabung di Google News Kami









