Nama keluarga Tanos selalu rame dibahas.
Kalau ngomongin ekonomi lokal di Sulawesi Utara, mereka tuh kayak boss level. Bukan cuma soal bisnis, tapi juga karena mereka punya “mesin tempur” di dunia konstruksi: PT. Marga Dwitaguna.
Berdiri sejak 1993, tetap on fire.
Perusahaan ini lahir di Manado, fokus di sektor konstruksi—mulai dari gedung industri, rumah tinggal, fasilitas umum, jalan, jembatan, pelabuhan, sampai bendungan. Udah 30+ tahun jalan, reputasinya nggak main-main.
Portofolionya? Bukan kaleng-kaleng.
Lebih dari 100 proyek besar udah dikerjain, kebanyakan di wilayah timur Indonesia kayak Sulut, Gorontalo, dan Maluku. Beberapa yang ikonik: dermaga ekspor-impor di Bitung, jalan penghubung Minahasa, renovasi sekolah di Tomohon & Tondano, sampai gedung pemerintahan provinsi.
Nggak cuma bangun, tapi juga nyerap tenaga kerja.
Setiap proyek mereka itu bukan sekadar beton & baja—ada ribuan lapangan kerja yang terbuka. Jadi, efeknya ke masyarakat tuh real banget.
Visi & misi? Clear & ambisius.
Mau jadi kontraktor yang kuat bersaing, tepat waktu, on budget, kualitas internasional, ramah lingkungan, dan selalu utamakan keselamatan. Budayanya? Integritas, profesionalisme, inovasi—mirip prinsip hidup orang sukses versi LinkedIn tapi ini beneran dijalanin.
Standar? All out!
Punya sertifikasi ISO 9001 (mutu), 14001 (lingkungan), 45001 (K3), dan 37001 (anti suap). Jadi, bukan kontraktor “asal jadi” tapi bener-bener certified dan dipercaya.
Tentang ‘9 Naga Sulut’ dan keluarga Tanos.
Julukan ini buat grup pengusaha paling berpengaruh di Sulut. Keluarga Tanos? Ya jelas masuk list. Sekarang ada Joel Alberto Tanos—generasi muda yang bawa vibe fresh tapi tetep pegang tradisi keluarga.
Bottom line:
PT. Marga Dwitaguna itu bukti kalau kekuatan lokal bisa punya impact nasional. Dari Manado, mereka buktiin kalau pembangunan nggak harus nunggu dari pusat—bisa dimulai dari daerah, asal ada tekad dan konsistensi.
Dapatkan Artikel Viral dengan Gabung di Google News Kami
