Jakarta mulai gebrakan baru nih. Pemprov DKI resmi ngejalanin pilot project soal pengelolaan sampah kolaboratif di enam kelurahan. Tujuannya? Bikin sistem pengelolaan sampah yang nggak cuma rapi, tapi juga berkelanjutan dan berbasis wilayah.
Kolaborasi semua pihak turun tangan.
Kepala DLH DKI Jakarta, Asep Kuswanto, bilang program ini digarap bareng Forum Kolaborasi Sosial Berskala Besar (KSBB) klaster persampahan. Jadi, nggak cuma pemerintah, tapi juga industri, startup, CSO, sampai akademisi ikut nimbrung bantu.
Gak cuma soal buang sampah.
“Bukan cuma infrastruktur atau tempat sampah doang. Kita juga sediakan edukasi, pelatihan, sampai pendampingan rumah tangga buat belajar kelola sampahnya sendiri,” kata Asep.
6 lokasi udah jadi proyek awal:
RW 07 Johar Baru (Jakpus)
RW 04 Pegangsaan Dua (Jakut)
RW 05 Pengadungan (Jakbar)
RW 07 Ulujami (Jaksel)
RW 17 Klender (Jaktim)
Pulau Sancang, Pulau Pari (Kepulauan Seribu)
CSR, startup, akademisi — semua bersatu!
Potensi dukungan dari sektor swasta dan kampus-kampus jadi bagian penting dari proyek ini. Targetnya, makin banyak warga yang memilah sampah dan volume sampah berkurang drastis.
Data jadi indikator keberhasilan.
DLH bakal mantau ketat progres proyek ini selama setahun. Kalau sukses, skema ini bakal direplikasi ke 261 kelurahan lainnya di Jakarta!
Visi besar: Jakarta jadi kota top dunia.
Stafsus Gubernur, Nirwono Joga, bilang proyek ini sejalan sama misi bikin Jakarta masuk top 50 kota global di 2029. FYI, Jakarta buang sekitar 8.000 ton sampah per hari lho! Bayangin kalau tiap kelurahan bisa tangani 30 ton sendiri—gokil kan?
Semua kelurahan bakal diklasifikasi:
Bebas sampah (kelurahan panutan)
Bebas sampah parsial
Belum bebas sampah (masih butuh banyak pendampingan)
Target akhirnya: Jakarta punya sistem pengelolaan sampah mandiri berbasis wilayah. Dan itu bukan mimpi, tapi misi bareng yang bisa kita wujudin lewat kolaborasi.
Dapatkan Artikel Viral dengan Gabung di Google News Kami
