Isu royalti musisi makin panas.
Di sidang DPR bareng Kemenkumham & LMKN, Ariel NOAH tegas bilang: “Penyanyi gak seharusnya bayar performing rights, itu tugas penyelenggara acara, bukan kita yang manggung.”
Asal mula ribut-ributnya.
Drama ini muncul setelah kasus Agnes Monica. Ada deklarasi yang nyebut penyanyi = pelaku pertunjukan, jadi wajib bayar performing rights. Ariel langsung gaspol nolak, bilang itu aturan ngawur. Menurut dia, undang-undang sebelumnya udah jelas: yang bayar tuh penyelenggara, bukan pengisi acara.
Ariel minta kejelasan + permintaan maaf.
Dia dorong Asosiasi Komposer Seluruh Indonesia (AKSI) buat klarifikasi terbuka biar gak ada lagi penyanyi yang dapat somasi disuruh bayar. Kata Ariel, “Kalau bisa ada permintaan maaf, atau minimal pernyataan resmi kalo bukan penyanyi yang wajib bayar.”
Eh, Ahmad Dhani langsung nyamber!
Menurut Dhani, Ariel terkesan gak peduli sama nasib pencipta lagu. Buat Dhani, performing rights itu hak ekonomi pencipta lagu yang wajib dihargai. Jadilah perdebatan makin rame: siapa yang harus ditolong dulu, penyanyi atau pencipta lagu?
Siapa sebenernya yang wajib bayar?
🔹 Penyelenggara acara → Dapat duit dari tiket & sponsor, jadi logis kalo mereka yang bayar.
🔹 Penyanyi → Cuma dibayar buat perform, gak dapet share tiket.
🔹 Pencipta lagu → Wajib dapet royalti karena karyanya dipake.
Kalau beban ditimpain ke penyanyi, profesi mereka jadi makin berat.
Bandingin sama luar negeri.
👉 Amerika: Venue/penyelenggara yang bayar lisensi ke ASCAP, BMI, dll.
👉 Eropa: Prinsip “user pays” — yang pake musik, dia yang bayar.
👉 Indonesia? Masih abu-abu, bikin bingung semua pihak.
Dampaknya kalau gak ada aturan jelas:
🚫 Penyanyi bisa ogah tampil.
🚫 Event organizer bingung siapa yang nanggung.
🚫 Pencipta lagu tetep dirugikan karena ribut teknis.
So, solusi terbaiknya?
Regulasi tegas + sistem transparan biar semua pihak adil. Penyanyi gak kebebanan, pencipta lagu tetap dapet haknya, industri musik juga sehat.
Dapatkan Artikel Viral dengan Gabung di Google News Kami









