Drama PayLater ala Nana Mirdad: Beli Sekarang, Stres Kemudian

PayLater berbahaya, pengalaman Nana Mirdad, debt collector kasar, risiko pinjaman digital, gaya hidup Gen Z, tagihan kecil teror besar, bahaya PayLater, literasi keuangan, teror pinjol, finansial cerdas
Rate this post

PayLater emang kelihatan simpel. Sekilas kayak solusi instan buat belanja tanpa ribet. Tapi jangan salah, di balik “kemudahan” itu, ada jebakan yang bisa bikin kamu pusing tujuh keliling. Aktris Nana Mirdad jadi salah satu korban yang speak up soal pengalaman gak enaknya pakai fitur ini.

Dikira praktis, malah bikin stres
Awalnya, Nana ngira PayLater itu cuma fitur lucu-lucuan, semacam bonus loyalitas aplikasi. Gak perlu ribet kayak ngurus kartu kredit. Tapi ternyata, makin ke sini malah makin berasa dicekik. Bukannya nyaman, yang ada diteror terus sama debt collector kayak pinjol!

“Aku pikir ini cuma fitur.”
Lewat Instagram Story, Nana cerita kalau dia sempet terlena sama istilah “PayLater” yang kedengerannya chill. Tapi efeknya? Teror digital terus-menerus, bahkan sampai diancam mau didatangi ke rumahnya di Bali. Serem banget gak, sih?

Dikira cuma Rp800 ribu, tapi…
Masalahnya bukan di nominal. Emang sih, utangnya kecil, cuma sekitar Rp800 ribu sampai Rp1 juta. Tapi cara nagihnya itu loh—kasar, maksa, dan ngancem. Udah gitu, katanya bisa bikin skor BI jelek. Padahal kita cuma mau belanja santai.

BACA JUGA  El Rumi dan Syifa Hadju Siap Menyusul Al Ghazali Nikah?

Teror tiap bulan bikin ngeri
Nana sempet nyoba nonaktifin fitur PayLater tapi gak berhasil. Bayangin tiap bulan dapet spam WhatsApp dari penagih utang, terus ada ancaman mau ke rumah. Fix, itu udah kelewat batas. Apalagi buat figur publik kayak dia yang punya citra untuk dijaga.

Masalah yang lebih gede dari sekadar tagihan
Kasus kayak gini nunjukkin kalau sistem PayLater punya celah gede. Meski udah diawasi OJK, debt collector masih bisa bertindak kayak preman. Banyak juga yang sebar data pribadi pengguna, jelas-jelas itu pelanggaran privasi.

Gen Z & gaya hidup instan
Fenomena ini gak cuma dialami Nana. Banyak anak muda, terutama Gen Z dan milenial, terjebak gaya hidup konsumtif. Beli dulu, mikir belakangan. Gak sadar kalau PayLater itu sejatinya utang. Ujung-ujungnya nyesel karena gak kuat bayar dan kena bunga.

BACA JUGA  Nikita Mirzani Masih Ditahan, Bukti Apa Sih Yang Kurang?

“Gak worth it hidup ketakutan.”
Nana akhirnya mutusin buat nonaktifin semua fitur PayLater dan hapus data pribadinya. Dia juga kasih pesan tegas: lebih baik bayar langsung atau pakai kartu kredit resmi daripada hidup stres karena ditagih terus.

Pelajaran buat kita semua
Kisah Nana jadi alarm buat para pengguna layanan keuangan digital. Jangan asal klik “Aktifkan PayLater” tanpa paham risikonya. Jangan cuma lihat gampangnya, tapi pikirin juga efek jangka panjangnya.

Solusi? Edukasi dan perlindungan
Pemerintah dan fintech harus turun tangan. Edukasi soal literasi keuangan harus digencarkan. Debt collector juga perlu diawasi ketat biar gak seenaknya. Kita sebagai konsumen juga harus lebih cerdas dalam ambil keputusan keuangan.

Ingat, PayLater itu utang juga.
Kalau gak bijak, bisa jadi awal dari drama finansial. Jangan sampai belanja instan malah bikin kamu trauma berkepanjangan.

Dapatkan Artikel Viral dengan Gabung di Google News Kami

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *