Indonesia baru aja kehilangan sosok penting dari dunia ulama, KH Munsif Nachrawi. Salah satu tokoh Nahdlatul Ulama (NU) ini berpulang pada Kamis, 12 November 2024, di RS Saiful Anwar, Malang. Sosok Kiai yang dikenal dekat dengan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) ini meninggalkan banyak kenangan bagi para pengikutnya dan bagi organisasi yang telah ia bangun dengan penuh dedikasi.
Sosok yang Selalu Setia untuk PMII
Selama hidupnya, Kiai Munsif dikenal sebagai sosok yang selalu total untuk PMII. Bukan cuma pendiri, beliau juga setia terlibat dalam perjalanan panjang organisasi ini. Kiai yang sudah berusia 87 tahun ini mendedikasikan sebagian besar waktunya untuk melihat PMII tumbuh dan berkembang sebagai wadah pemuda yang aktif dalam keislaman dan kebangsaan.
PMII, Organisasi yang Lahirkan Banyak Pemimpin
Di bawah bimbingan Kiai Munsif dan para pendirinya, PMII berkembang jadi organisasi besar yang mampu mencetak banyak pemimpin hebat. PMII kini menjadi rumah bagi lebih dari satu juta kader di seluruh Indonesia, dan banyak alumni PMII yang kini menduduki posisi penting di pemerintahan maupun organisasi masyarakat.
Kiai yang Tak Gengsi Berkunjung ke Rayon PMII
Salah satu hal yang bikin Kiai Munsif disegani adalah kepribadiannya yang rendah hati. Kiai yang pernah menimba ilmu di Yogyakarta ini gak pernah gengsi untuk datang ke acara-acara PMII, meski yang ngundang cuma pengurus rayon, yang notabene struktur paling bawah dalam organisasi PMII. Sikap rendah hati ini bikin banyak kader PMII kagum dan menjadikannya panutan.
Ajak Kader PMII Jadi Pribadi yang Berkarakter Unggul
Dalam banyak kesempatan, Kiai Munsif selalu mengajak para kader PMII buat jadi pribadi yang terdidik dan berkarakter. Menurutnya, PMII harus bisa mencetak anak muda yang bukan cuma pintar, tapi juga punya karakter kuat. Hal ini penting biar mereka bisa jadi pemimpin yang baik dan membawa perubahan positif di masyarakat.
Tidak Menyangka PMII Bakal Jadi Organisasi Besar
Di awal pendiriannya, Kiai Munsif bersama 13 teman-teman pergerakan Islam lainnya gak nyangka kalau PMII bakal sebesar sekarang. Bahkan, suatu kali saat beliau berkunjung ke perbatasan Kalimantan dan Malaysia, beliau bertemu Bupati dan Ketua DPRD setempat yang ternyata adalah kader PMII. Hal ini bikin Kiai Munsif bangga karena PMII berhasil menghasilkan pemimpin-pemimpin di berbagai daerah.
Lahir di Tengah Situasi Politik yang Panas
Kiai Munsif pernah menjelaskan bahwa situasi politik tahun 1960-an, yang cukup bergejolak, jadi salah satu alasan berdirinya PMII. Pada saat itu, para mahasiswa NU (Nahdlatul Ulama) butuh wadah buat bergerak dan berkontribusi, baik dalam dunia kampus maupun masyarakat luas. Dari situlah muncul ide untuk membentuk organisasi mahasiswa NU yang bisa jadi tempat belajar dan berjuang.
“Mahasiswa NU Jangan Sampai Tercecer”
Bagi Kiai Munsif, PMII punya tujuan besar, yaitu agar para mahasiswa NU punya tempat untuk mengembangkan diri. Beliau sering bilang, “Mahasiswa NU jangan sampai tercecer.” Dengan PMII, Kiai Munsif berharap para mahasiswa NU bisa punya pengaruh besar dan gak terpinggirkan dalam dinamika sosial dan politik.
Nama yang Dipilih dengan Pertimbangan Matang
Nama “Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia” atau PMII dipilih dalam sebuah pertemuan di Surabaya. Nama ini bukan cuma sekadar nama, tapi punya filosofi yang dalam karena menggambarkan semangat gerakan dan kebersamaan. Kiai Munsif dan teman-temannya memilih nama ini dengan harapan agar organisasi ini terus dinamis dan membawa perubahan positif.
Selamat Jalan, Kiai
Kini, KH Munsif Nachrawi telah berpulang ke hadapan-Nya. Kepergian beliau meninggalkan duka yang mendalam bagi keluarga besar PMII dan NU. Semoga Kiai Munsif mendapatkan tempat terbaik di sisi-Nya. Selamat jalan, Kiai, sosokmu akan selalu dikenang dalam semangat perjuangan kami.
Dapatkan Artikel Viral dengan Gabung di Google News Kami








