Awal Ramadan 1446 H diperkirakan akan mengalami perbedaan antara pemerintah dan Nahdlatul Ulama (NU) dengan Muhammadiyah. Berdasarkan metode yang digunakan, pemerintah dan NU kemungkinan menetapkan awal puasa pada 2 Maret 2025, sementara Muhammadiyah telah menetapkan 1 Maret 2025.
Perbedaan Metode Penentuan Hilal
Pemerintah dan NU menggunakan metode MABIMS, yang mengharuskan hilal mencapai ketinggian minimal 3 derajat dengan elongasi 6,4 derajat. Metode ini merupakan kombinasi hisab (perhitungan astronomi) dan rukyatul hilal (pengamatan langsung).
Sementara itu, Muhammadiyah menggunakan metode Hisab Hakiki Wujudul Hilal, yang hanya mensyaratkan hilal sudah berada di atas ufuk, tanpa mempertimbangkan kriteria tambahan.
Hasil Perhitungan Astronomi
Berdasarkan data BMKG dan BRIN, pada 28 Februari 2025, hilal diperkirakan berada di ketinggian antara 3° 5,91′ hingga 4° 40,96′, dengan elongasi antara 4° 47,03′ hingga 6° 24,14′. Dengan kondisi ini, hilal kemungkinan besar tidak dapat terlihat di sebagian besar wilayah Indonesia. Oleh karena itu, pemerintah dan NU cenderung menetapkan awal Ramadan pada 2 Maret 2025, sedangkan Muhammadiyah tetap pada 1 Maret 2025.
Imbauan Pemerintah
Untuk menghindari perpecahan, Kementerian Agama (Kemenag) mengimbau agar masyarakat menunggu keputusan resmi dalam sidang isbat yang akan digelar pada 28 Februari 2025. Masyarakat diharapkan dapat menyikapi perbedaan ini dengan bijak dan tetap menjaga persatuan.
Dapatkan Artikel Viral dengan Gabung di Google News Kami
