Media itu punya power gede banget.
Menurut analisis LAB 45, media arus utama di Indonesia masih jadi pilar penting buat demokrasi. Nggak cuma nyebarin info, tapi juga ngontrol kekuasaan, jadi tempat debat publik, sampai ngasih ruang representasi yang beragam.
Fungsi Media di Demokrasi
Media nggak cuma sekadar berita.
Salma Nihru dari LAB 45 bilang, media punya lima peran: nyampein info, ngawasin kekuasaan, jadi fasilitator debat, ruang tukar perspektif, dan mewadahi partisipasi publik. Tapi, jalan media nggak semulus itu.
Tantangan Media Zaman Now
Kebebasan pers masih sering keganjel.
Katanya, intervensi negara dan kepentingan elite bikin media kadang nggak bebas. Ditambah lagi ada disrupsi teknologi yang bikin pola produksi dan konsumsi informasi berubah total.
Dari Dulu sampai Sekarang
Media dulu lantang lawan penjajahan.
Pas awal kemerdekaan, media jadi corong perjuangan rakyat. Tapi setelah kedaulatan diakui, jumlah media cetak naik drastis—partai politik pun ikut nimbrung bikin medianya sendiri. Efeknya? Media jadi alat politik, apalagi menjelang Pemilu 1955.
Era Reformasi dan Kapital
Pasca reformasi, media makin liar.
Menurut Ali Nur Alizen (LAB 45), media bergerak dari dominasi politik ke dominasi kapital. Kebijakan reformasi kayak penghapusan SIUPP dan pembubaran Departemen Penerangan bikin pers lebih bebas. Tapi kebebasan ini malah membuka persaingan keras banget di dunia media.
Era Digital Bikin Rumit
Teknologi bikin media makin kompleks.
Sekarang media besar makin kuat lewat merger dan akuisisi, sementara media kecil banyak yang tumbang. Ujung-ujungnya kepemilikan media terkonsentrasi ke segelintir korporasi—yang kadang juga punya afiliasi politik. Jadi makin sulit deh, buat media kecil bertahan.
Dapatkan Artikel Viral dengan Gabung di Google News Kami
