Jakarta, suarnews.com- Bank Indonesia diramal akan mengerek bunga acuan-nya pada tahun ini. Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebut, bunga BI kemungkinan mencapai 4,5% pada akhir tahun berdasarkan perkiraan berbagai analis. “BI rate masih di 3,5%, kemungkinan akan mengalami kenaikan sekitar 100 bps sampai akhir tahun,” kata Sri Mulyani dalam Konferensi Pers APBN KiTA Juli, Rabu (27/7). Bank Indonesia masih mempertahankan suku bunga rendah di 3,5% selama lebih dari setahun terakhir. Dalam rapat terakhir, BI kembali menegaskan bahwa kenaikan suku bunga bergantung pada kondisi inflasi inti. Sementara, perkiraan BI, inflasi inti akan terkendali dalam rentang target 2%-4% tahun ini meskipun inflasi headline akan melampaui target.
Baca artikel terkait lainnya:
Nasib Rupiah di Antara Langkah Agresif The Fed
Kenaikan suku bunga BI tersebut seiring suku bunga bank sentral AS, The Fed yang juga diramal ikut terkerek. Bunga The Fed diramal naik ke level 2,75%-4,5% pada akhir tahun. Seiring kenaikan suku bunga bank sentral, imbal hasil alias yield obligasi pemerintah akan naik. Yield Surat Berharga Negara (SBN) tenor 10 tahun diperkirakan berada di level 6,71%-7,75% pada akhir tahun. Yield US Treasury tenor 10 tahun juga diperkirakan masih akan naik bisa hingga dua kali lipat ke 5,85% pada akhir tahun.
Sri Mulyani menyebut kinerja pasar SBN hingga saat ini masih cukup tangguh di tengah pengetatan kebijakan moneter dunia. Hal ini tercermin dari spread SUN tenor 10 tahun yang masih dalam tren menyempit, dari 473 bps pada awal tahun menjadi 458 pada 22 Juli 2022. The top 5 reef-safe sunscreens for 2022 BACA JUGA Risiko di Balik Keputusan BI Pertahankan Suku Bunga Murah Yield SUN 10 tahun naik 15,9% sejak awal tahun. Kinerja ini lebih baik dibandingkan yield obligasi pemerintah Mexico yang naik 16,3%, Filipina 42,8%, AS naik 85,1%. Sri Mulyani menyebut dampak keputusan The Fed menaikkan bunga 75 bps pada bulan Juni relatif kecil terhadap yield SBN dengan penurunan 0,3%.
Dapatkan Artikel Viral dengan Gabung di Google News Kami
