Viral! Driver Ojol Dianiaya Gegara Telat
Cuma telat 5 menit, dihajar!
Tanggal 3 Juli 2025, warga Sleman digegerkan insiden penganiayaan ke driver ojol. Pelakunya? Pria bernama Takbirdha Tsalasiwi Wartyana. Videonya viral banget setelah diunggah akun TikTok @siskhaaml__. Gak nyangka, alasannya… karena makanan telat datang!
Sok Gaya: Ngaku Anak Pelayaran
Yang bikin makin panas, Takbirdha sempat ngomong sok:
“Aku anak pelayaran!”
Sontak publik auto ngamuk. Netizen gak terima karena tindakannya jauh dari kata sopan.
Klarifikasi? Netizen: Telat Banget Bro!
Takbirdha sempat minta maaf lewat video. Katanya menyesal dan malu. Tapi… netizen udah terlanjur kecewa.
“Baru nyesel setelah viral?”
“Klarifikasinya lemes, beda pas marah-marah.”
Bongkar Identitas Asli Takbirdha
Plot twist: Ketua RT bilang Takbirdha bukan anak pelayaran!
“Dia kerja di bidang pelayanan, bukan pelaut,” kata Pak RT.
Auto netizen makin meradang. Ngaku-ngaku demi pencitraan? Kenapa harus pakai embel-embel profesi kalau salah tetap salah?
Psikolog: Ini Krisis Identitas, Bestie
Menurut pakar, orang yang suka pamer status itu sering krisis identitas. Cari validasi dengan nyebut profesi, biar dianggap hebat. Tapi malah jadi bumerang karena kelakuan gak nyambung sama ucapan.
Bisa Kena Jerat Hukum Gak?
Sampai saat ini belum ada update resmi dari polisi Sleman. Tapi LSM udah turun tangan dan minta kasus ini diusut secara hukum.
“Ini bukan cuma telat, tapi udah masuk kekerasan fisik & psikis,” tegas Mulyadi dari Solidaritas Ojol Bersatu.
Ojol Juga Manusia, Bro!
Netizen nuntut:
- Ojol harus punya perlindungan hukum yang jelas.
- Konsumen yang kasar harus diblokir.
- Gig economy butuh payung hukum, bukan cuma ekspektasi tinggi.
“Anak Pelayaran” Cuma Buat Gertak?
Klaim “anak pelayaran” jadi bahan sindiran. Banyak keluarga pelaut tersinggung karena profesi itu justru dikenal sopan, tegas, dan tangguh.
Yang Takbirdha tunjukin? Jauh banget dari itu.
Netizen Juga Perlu Literasi Digital
Kasus ini juga bukti betapa digital bisa memperlihatkan ketimpangan sosial. Arogansi, drama klarifikasi, hingga komentar julid jadi makanan sehari-hari. Tapi, kita semua harus belajar bedain antara kritik sehat dan bullying online.
Garis Bawahnya:
Kasus Takbirdha bukan sekadar soal ojol dihina. Ini tentang:
- Ego dan pencitraan kosong
- Kekerasan terhadap profesi rentan
- Kurangnya empati di tengah dunia digital
Semoga jadi pelajaran buat kita semua biar gak gampang merendahkan profesi orang lain hanya karena merasa “lebih”.
Dapatkan Artikel Viral dengan Gabung di Google News Kami
