Gibran vs Ferry: Duel Video soal Bonus Demografi yang Bikin Heboh!

Gibran Rakabuming, Ferry Irwandi, bonus demografi, generasi muda, video viral, prompter, media sosial, kritik politik, komunikasi politik, kebijakan pemerintah
Rate this post

Gibran dan Ferry hebohkan media sosial! Baru-baru ini, dua video tentang bonus demografi Indonesia bikin netizen heboh! Yang satu dibikin oleh Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, dan satunya lagi oleh aktivis Ferry Irwandi. Keduanya punya judul yang sama, tapi pendekatan dan pesannya jauh beda banget.

Gibran: Rapi dan Optimis
Pada 19 April 2025, Gibran unggah video 6 menit di YouTube dengan visual keren, pengambilan gambar stabil, dan alur narasi yang tertata banget. Dia bahas bonus demografi Indonesia dengan optimisme tinggi, nyorotin pentingnya pendidikan dan keterampilan digital buat masa depan bangsa. Semua terlihat rapi dan sangat profesional, mulai dari penggunaan prompter sampai editing yang smooth.

Read More

Ferry: Natural dan Berani
Tapi dua hari setelahnya, Ferry Irwandi muncul dengan gaya yang berbeda. Dia juga unggah video dengan judul yang sama, tapi durasinya lebih panjang, 16 menit. Tanpa prompter, tanpa editing, dan tanpa cut. Ferry langsung bicara dengan gaya yang lebih natural dan kritik tajam terhadap narasi elite politik, terutama soal bagaimana teknologi produksi sering kali terlalu dipoles dan nggak mencerminkan kenyataan.

Perbedaan Teknik Produksi
Bisa dibilang, perbedaan paling besar antara dua video ini adalah teknik produksi. Gibran punya kesan profesional dan resmi, sementara Ferry lebih ke keaslian dan keberanian buat speak up tanpa banyak perencanaan. Perbedaan ini bikin publik jadi terbagi, ada yang lebih suka video Gibran yang terstruktur rapi, dan ada yang lebih suka gaya Ferry yang “no filter” dan berani menantang sistem.

Reaksi Netizen: Debat Panas!
Kedua video ini langsung viral di berbagai platform, dari TikTok, X (Twitter), sampai Instagram. Video Gibran di YouTube udah dapetin lebih dari 700 ribu penayangan, sementara video Ferry nggak kalah hits dengan 450 ribu penayangan. Tapi, nggak cuma jadi viral, video ini juga jadi bahan debat di media sosial.

Pendukung Gibran anggap video Ferry cuma provokasi yang nggak konstruktif, sedangkan banyak netizen yang puji keberanian Ferry karena dianggap lebih jujur dan nggak terkontaminasi sistem politik. Ferry bahkan tambahin caption “No prompter. No cut.” di TikTok-nya, yang jelas-jelas jadi simbol perlawanan terhadap narasi elite.

Konteks Politik: Kritik atau Strategi?
Tentu aja, nggak bisa dipisahin dari konteks politik. Gibran sebagai Wakil Presiden Indonesia, posisi dia tentu strategis banget buat positioning di depan generasi muda. Sementara Ferry yang sering ngasih kritik terhadap kebijakan pemerintah, kali ini pake momentum ini buat nyuarain suara rakyat kecil yang nggak sering didengar.

Pakai prompter dan editing bisa bikin citra lebih solid dan kredibel, tapi kadang juga dianggap kurang jujur dan terlalu dikontrol. Sementara gaya Ferry yang langsung ngomong tanpa skrip, walaupun lebih berisiko, malah dikagumi karena terasa lebih transparan dan dekat sama audiens.

Medan Pertarungan Baru di Media Sosial
Dua video ini jadi bukti bahwa media sosial sekarang jadi arena demokrasi buat semua orang. Siapa aja bisa bersaing dengan tokoh politik terkenal lewat ide dan keaslian mereka. Jadi, apakah generasi muda lebih percaya sama pesan yang rapi kayak Gibran, atau yang ekspresif dan kritis kayak Ferry?

Jawabannya bakal terus berubah, tergantung bagaimana kesadaran publik tentang kejujuran dan substansi dalam komunikasi politik terus berkembang.

Dapatkan Artikel Viral dengan Gabung di Google News Kami

Related posts