Abu Paya Pasi memutuskan untuk mundur dari posisi Penasihat DPP Partai Aceh, dan langkahnya ini diikuti oleh Ketua Alumni Dayah Bustanul Huda, Teungku Zainuddin, yang lebih dikenal sebagai Abah Zain.
Jadi, beberapa hari lalu Abu Paya Pasi memutuskan untuk mundur dari semua jabatannya yang ada kaitannya dengan Partai Aceh, termasuk Tuha Peut Lembaga Wali Nanggroe dan Majelis Ulama Nanggroe Aceh (MUNA).
Alasan di balik keputusan ini adalah supaya pimpinan Partai Aceh bisa lebih bebas dalam mengambil keputusan politik tanpa terhambat oleh kehadiran Abu.
Abah Zain, yang juga adalah Ketua Alumni Dayah Paya Pasi, merasa perlu sejalan dengan keputusan gurunya. Ia merasa kalau Abu sudah mundur, maka para alumni juga harus mundur dari kepengurusan Partai Aceh, Wali Nanggroe, dan MUNA. Jadi, semua alumni yang nggak mengikuti langkah ini dianggap sudah keluar dari barisan.
Abah Zain juga menjelaskan bahwa Abu Paya Pasi merupakan ulama yang sangat loyal terhadap Partai Aceh, bahkan sudah mendukung eks kombatan GAM sebelum partai ini ada.
Abu merasa tidak lagi dibutuhkan setelah dukungan untuk calon wakil gubernur yang ia usulkan tidak diterima oleh DPP Partai Aceh.
Sebelum mundur, Abu Paya Pasi pernah menyerahkan dukungan dari seribuan ulama Aceh untuk Tu Sop sebagai calon wakil gubernur Aceh mendampingi Muzakkir Manaf.
Namun, setelah dukungan itu diserahkan, ternyata keputusan internal Partai Aceh memilih Dek Fad dari Partai Gerindra sebagai pendamping Mualem.
Abu merasa kecewa karena hubungan baiknya dengan Partai Aceh dan Mualem dianggap tidak berharga.
Menurut kabar, Abu merasa tidak masalah jika Tu Sop tidak jadi wakil Mualem, tapi yang bikin dia kecewa adalah ketidaktransparanan Mualem.
Seandainya dari awal sudah terbuka, mungkin dukungan seribuan ulama tidak perlu diberikan.
Jadi, Abu Paya Pasi dan Abah Zain mengambil langkah yang sama untuk mundur dari kepengurusan Partai Aceh dan lembaga-lembaga terkait.
Dapatkan Artikel Viral dengan Gabung di Google News Kami
